Apem, Kue Tradisional Penuh Filosofi

Pustakawan Desa 27 Juni 2017 11:28:22 WIB

GEDANGREJO - Pada saat musim mudik ini, ada beberapa jenis makanan dari kampung yang menjadi incaran dari saudara dari perantauan. Salah satunya adalah kue apem. Istilah apem sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Arab yaitu afuan/afuwwun, yang berarti ampunan. Dikarenakan pengucapan orang Jawa, maka disebutlah menjadi apem. Dalam filosofi Jawa, kue ini merupakan simbol permohonan ampun dan maaf atas berbagai kesalahan.

Berkaitan dengan penggunaan makna tersebut, masyarakat Jawa biasanya membuat apem saat menjelang bulan Ramadan dan pada saat Idul Fitri.

Ada legenda yang menuturkan bahwa kue apem ini bermula pada zaman Sunan Kalijaga, salah seorang Walisongo. Adalah Ki Ageng Gribik (Sunan Geseng), murid Sunan Kalijaga, yang saat itu baru pulang ibadah haji dan melihat penduduk Desa Jatinom, daerah Klaten, kelaparan. 

Beliau membuat kue apem lalu dibagikan kepada penduduk yang kelaparan sambil mengajak mereka mengucapkan lafal dzikir Qowiyyu (Allah Maha Kuat). Para penduduk itu pun menjadi kenyang. Hal inilah yang memotivasi penduduk setempat untuk terus menghidupkan tradisi upacara Ya Qowiyyu setiap bulan Safar.

Ternyata kue apem ini bukan sekadar kue yang enak dimakan. Melainkan ada makna filosofisnya.

 

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

Kabar Desa Gedangrejo

Fitur Desa Gedangrejo

Laporan Dana Desa Gedangrejo WhatsApp Desa Gedangrejo Cek Status Permohonan KTP Perpustakaan Desa Gedangrejo